Jika laut adalah agamaku.
Kenapa wajahmu bertekuk.
Aku sudah terbiasa sendiri menjadi beda.
Mungkin di bebadakan.
Lalu, kadang aku tidak terlalu kokoh pada pilihan.
Angin menggoda berkali kali, dan lagi lagi, aku belajar untuk berpindah agama.
Ternyata, aku hanya mengagumi angin saja, bagaimanapun itu, sirip ikan terlalu tidak mungkin berubah sayap.
Menangis tidak ada yang tahu di laut, air disana sama keruhnya dengan airmata ini. Siapa yang paham aku bersedih.
Mengeliling luasanya semesta laut yang kupunya, yang kadang surut yang kadang pasang.
Memang benar bagi ikan, surga cukup tak ada lagi daratan dan langit di udara.
Daratan membuatku untuk mengenal pilihan, sama halnya dengan udara.
Mengenal banyak itu membuat banyak pilihan.
Terkadang bisa di pilih dan tekadang hanya minpi dan tertinggal mimpi..
Ah, ternyata aku tidak perlu sayap, ternyata aku tak perlu kaki.
Aku tetap mencintai diriku seadanya.
Seberadanya,
Terimakasih (T).
01 September 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar