Pages

19 April 2014

just note



Tiba tiba dengan niat yang tidak penuh, saya ingin menulis.
Mungkin untuk mengenang Paskah pertama menjadi Istri, dan paskah pertama di Tempat mertua (kelak).
Belum penuh 4 jam setelah hari yang begitu mengejutkan kesadaran saya, akan segala yang saya miliki yang saya genggam, dan yang saya punyai.
Menjadi bagian dalam satu kompetisi, oh, maksud saya, bukan untuk memamerkan apa yang terjadi di kompetisi itu, bukan, tapi… Semacam kelahiran lagi, tentang sebuah makna dari “bersekutu”. Tentang hadirnya saya dalam momen momen seperti ini. *baca bernyanyi, berdoa, membaca ayat.
Saya harus mencatat ini dengan rapi karena ini sejarah. Kejujuran dan juga tantangan.
Saya tidak akan malu menulis, kehadiranku di tahun tahun sebelumnya di Gereja itu ya hanya hari hari penting saja. *baca mungkin hanya saat pulang kamung saja.
Dan kemudian pernikahan mengantarkan perubahan ini juga.
Saya juga harus mengaku, saya pulang. Tapi masih dengan AKU yang sebelumnya.
Yang tetap akan punya pemaham tersendiri tentang semua itu.
Yang saya yakini tidak akan berubah, yang saya ragukan mungkin akan berubah.
Yang saya dapat di pencarian saya akan saya syukuri.
Bahwa sesungguhnya berkat dan semua kemurahan itu juga ada tertulis.
Hari ini, saya masih dengan segala lelah yang megah.
Kembali menitikkan air mata, atas semua catatan injil yang saya baca tiap hari belakangan ini tentang sengsaraNya. Tentang kasihNya, tentang pengampunanNya yang tiada berbatas.
Akh….
Hidup memang layak di meriahkan..
“berbahagialah orang yang membawa damai karena mereka akan disebut anak anak Allah”


17 April 2014

Harus Apa Aku Menyebut Kalian?

Seharusnya aku tak perlulah sedrama ini untuk kalian.
Rasanya adalah seperti 10 jari jari ini adalah kalian, jadi apalah artinya tubuh ini tanpa angota tubuh yang lain.
Tanpa perlu minta di pikirkan, otomatis kalian menjadi pikiran tersendiri, sementara, ini dunia, Tuhan menuntun kita mencitai Dunia tidaklah boleh melebihiNya.
Tapi aku baru paham, cerminannya adalah dengan kasih itulah semuanya menjadi nyata.
Tuhan memancarkan kasihnya melalui kalian.
Aku benci mengakui merindui kalian, karena pasti ada diantara kalian yang akan bilang "kami memang pantas dirindukan? "
ya.. ya... sangat pantas.

Sepanjang hari kami akan hidup dalam bayang bayang kebersamaan kita dulu. bagaiman Tuhan begitu sempurna, menjadikan cerita kita bergema. siapa yang memilih ya semesta.
kita seperti sudah mengenal melampaui waktu yang kita punya,
ahk.... tiba tiba jadi dangdut lah aku ini..

Pun, walau keberadaan kita tidak seperti ingin dalam mimpi mimpi kita.
Tapi yakinlah, sepanjang masa yang kita punya adalah harta karun yang untuk mimpi mimpi besar berikutnya.

kalian adalah adik adik, abang, saudara, yang entah... harus berapa bab aku mendefenisikannya..

:)
dari kakak dan abang kalian yang sedang rindu.. :*