Pages

31 Maret 2011

Sense.

Hanya sebuah pengakuan dari kacamata saya sebagai perempuan. Murni.
Saya hanya perempuan, yang kadang sadar dan tidak berpikir menggunakan otak kiri seperti yang di gunakan lelaki, Tapi tetap, sisi keperempuan ini, akan selalu menjabarkan dengan hati.

Jadi, ada beberapa pendapat yang kadang mentah mentah saya tolak, karena otak dan hati saya tidak setuju.
Tak perlu menggunakan contoh, jika memang ceritanya selalu mentok di agama dan budaya.

Saya, punya sedikit pengetahuan yang mengalir dalam darah, yang memberi tahu saya, bahwa saya itu adalah "begini" ataupun "begitu".

Dan tiba tiba jika saya di pertemukan dengan suatu yang berbeda dengan RH darah saya, otomatis itu akan menolak, mentah mentah.

Tapi manusia selalu punya judul dan cara.
Saya, yang hanya dengan menarik nafas dalam dalam saja.
Bisa membuang rasa benci pada penilaian penilaian yang tidak saya terima secara mutlak.
Saya, membuka pembatas pikiran, karena saya tahu, manusia yang lain juga bisa demikian, memberi kesempatan kepada diri sendiri untuk jadi orang lain, agar pendapat ini tidak melulu benar dan tak terbantahkan.
Memberi ruang tanpa batas pada pikiran. Dan itu sungguh membebaskan.
:)
Ini hanya semacam penerimaan keberagaman dalam diri, agar bisa menerima pendapat orang lain, tanpa sakit hati.

:))

29 Maret 2011

Surat.

Hanya bertemu dengan pikiran yang banyak.
Dibungkus dengan pura pura tahu.
Saya hanya ingin menulis surat biasa.
Tapi kenapa seolah surat kepada menteri ya.:)


Tertuju kepada kekasih.
Saya sedang malas menulis di kertas surat, penanya hilang entah kemana.
Mungkin ia, sedang jalan jalan menujumu.
Entah....


Andaipun ada, sebisanya saya hanya akan menggambar malaikat.
Hanya itu.


Halo dikepalanya, pertanda yang baik selalu terpancar.
Saya masih takut menerka nerka besok, karena saya sangat benci kata itu.
Diam diam dia menyusup dalam pikirin yang menambah repotnya pikiran ini.
Sementara, saya harus tetap mebiarkan "halo" memancarkarkan keiklasannya.


Kasih, maaf surat kali ini berantakan.


Hanya rindu yang makin merontak kesakitan, hanya rindu yang perlu di sembuhkan, jangan lama lagi.



Selasa.



28 Maret 2011

Kepada kalian yang tersakiti.

Aku yakin kita dalam jenis yang sama, perempuan. Penuh lendir, tangis, dan pura pura.
Di banyak sisi kita banyak persamaan, mungkin kita sama sama kuat, mungkin kita sama sama menyukai lelaki yang sama, tapi aku yakin, kita punya sisi yang mana kita tidak akan pernah sama mengartikan "cinta".

Bagiku, tak pernah mengikatnya kuat kuat, kerena memang aku tahu resikonya. Karena aku tahu, aku yang jadi terikat.

Cinta tak lebih pembebasan hati, dimana tidak ada cela di temukan disana, bahkan saat di bakar sekalipun.
Cinta juga, tak hanya sebatas keingginan untuk memaksa, menerima, bahagia, tapi juga luka, sakit, tidak adil, ada dalam bagiannya.

Sudahlah, aku hanya perempuan, yang hanya mengijinkan hati mengalir, tak ubah, aku juga basah penuh rasa.
Yang akhirnya ku temukan di jalan jalan kebersamaan kami.

Terimakasih.

5 Maret

Inayah bukan maya.

Beberapa hari yang lalu aku dan lili sedang menikmati sore di vihara sambil makan es cream. Dan kami tiba tiba mebicarakanmu. Karena teringat ulang tahunmu yang tidak kami ucapkan. (Tapi hebatkan kami bisa ingat).
Dan juga entah bagaimana. Aku dan mungkin Lili merasa, bahwa kau itu bukan hanya sekedar teman yang biasa. Seperti pertanyaan pertanyan di Formspring.me yang pernah kau tanyanya kan padaku. " bagaimana kau menemukanku". dan aku menjawab. "kau yang menemukanku. Inayah Mangkulla menemukan Ernisa Purba." :)


Menarikku pada sebuah masa, pertemanan bukan lah jarak, apalagi pertemuan.
Kita, sering bercerita buku, punggung, lagu lagu sendu. Dan menyuruhku pindah agama supaya mencintai The beatles.

Kita bahkan merasa mahluk alien yang berasal dari Yupiter  bukan Venus. Aku lupa kapan kita kenal. Tapi semenjak itu aku merasa aku sangat beruntung, dan berjodoh.

Kita hanya menyapa di YM, saat jaga malam kita di warnet, ah aku sering lupa waktu bagian Indonesia Tengah padamu, Kita bertukar note di Fb, dan sering, bercerita ngawur di wall.
Bahkan semenjak aku berubah begini, aku jadi tidak bisa menulis, dan berkata kata layaknya teman se alien.
Sebenarnya, aku cukup terharu, saat 2 hari yang lalu, kau memberi tag lagi untukku, aku melihat Pic mu yang... Woow!! Dan aku diam. Itu cukup.
Efek kangen dirimu. :)

Kau, selalu jadi motivasi terselubung, dalam kisah kisahku dan Lili.
Terimakasih menerima kami di semesta yang cukup luas ini.
Hingga sedikit mimpi kami, ingin menyentuhmu.

Dari : Teman Jarak Jauhmu. :)

(cacatan yg lama. Lupa di post) :)

26 Maret 2011

Perempuan pencemburu 2.

Aku  sudah pernah bilang. Kalau aku sudah lupa bagaimana caranya menangis.
Tapi, di sebuah masa, kau sengaja memberi tahuku bagaimana cara menangis.
Aku pun kembali tahu menangis.
Berjanjilah kau, itu tak akan terulang lagi.
Sambil mengeringkan air mata, seperti mengobati luka hati.

Tapi kenapa aku semakin mahir menangis.

Pemeran Pembantu.

" Aku bosan jadi pemeran pembantu begini, tak ubah dari keset kaki. Aku berhenti."
                                                                                                                                                                          
" Bagiku lebih baik jadi keset kaki dari pada tidak ada peran sama sekali, aku bisa memandanginya    lebih lama, lebih dari yang aku mau."

24 Maret 2011

Tong sampah.

Ini bukan sekedar tong sampah biasa.
Aku tidak sengaja menemukannya dari tumpukan masa lalu yang sudah hampir hilang.
Kau tahu, betapa joroknya tong sampah itu, banyak ulat disana.
Sampah sampah yang membusuk, bahkan sisa sisa air mata kering juga menguap disana.
Kau pasti tak percaya, aku bisa hidup bahagia dengan tong sampah itu,
Dia semacam kesayangan yang tidak pernah luput.
Kerap sekali tong sampah itu di tendang, dibuang, diabaikan, tapi, tetaplah dia akan diperlukan sebanyak waktu.

Perempuankah ia, memiliki hati yang selalu tulus menerima.
Ya, hanya jenis perempuan yang demikianlah yang aku tahu.

Apa lagi yang harus terceritakan?

Jika tong sampah itu adalah aku.

Januari 2010.

22 Maret 2011

Perempuan pencemburu.

Waktu memberi ruang seperti kotak padaku saat ini.
Aku, berada di kotak, dengan pandangan penuh batas sisi-sisi.
Aku terbatas, aku terkurung.

Tidak semua bisa memahami warna tubuhku.
Apalagi, jika aku mendengar namamu di sebut orang lain. Bukan. Perempuan lain.

Tiba tiba, kotak itu berubah menjadi Bulat. Bola, aku pun, berdiri diatasnya, kau paham, aku sudah mengerti dengan tanpa batasnya pandanganku.

Ada tanya yang lebih membunuh lagi.
Dia seperti setan, di bebasnya ruang tanpa batas ini.

"Bagaimana jika lelakimu selingkuh dengan maut? Kau pilih mana jika dia selingkuh dengan perempuan disebelahmu?"

apa-apaan ini.
harusnya aku hanya berfikir, jika aku berada dalam kotak, itu pertanda, aku juga sama dengan mereka. 
Sama dengan kebanyakan perempuan lainnya.

Dan ternyata. Aku tidak harus begitu menuju bumi kita.
Aku harus pulang, sesuai hatiku saja yang menuntun. Karena mata buta.
Barangkali, suatu saat nanti, kau masih akan mendengar keluhan yang serupa.

Aku menduga.

21 Maret 2011

*****

Masih akukah perempuanmu yang akan selalu kau puja, walau sekedip ada serupa kunang kunang menggacau pandangmu?
Aku ingin meramu cara agar aku semata menjadi inspirasimu.
Egois kah itu?
Aku ingin ratu sendiri di hatimu tanpa masa lalu, masa depan.
Jiwa kah aku jika hilang akan kau temu sampai mati.
Aku suka menoreh luka sendiri demi sayang yang kudapat disana.
Tidak berpura-pura jika aku memang menggilaimu.
Jangan sampai aku betaruh dengan bumi. Jika aku kalah, aku berusaha menyesal.
Jika aku kalah aku berjuang mati.

Untuk tetap jadi rumahmu.

Ini hanya beberapa tanya dari 1000 tanya. Yang tertuju padamu.
Bukan R a g u.

18 Maret 2011

gak bisa tidur.

Pengen random di twitter sebenarnya. :')
Lagi galau soalnya.
Kesal sama provider gak ada gunanya.
Yang seharusnya gak sekesal ini karenanya.
Melihat time line dan lelaki masih ada didalamnya.
Akupun mengurung niat mengotorinya.

Aku baru saja melepas kuncir kudaku tadi sore
Merapikan rambut biar terlihat cantik dirasa sendiri.
Aku serius gak bisa tertidur.
Ada api dalam kepala sepertinya.
Membuatnya panas mendidih didih perihnya.
Harus kusudahi cacatan ini.
Sebelum aku bertemu rindu yang tak bisa kutampung banyaknya.

Aku benci malam dengan galau. :'(

15 Maret 2011

hai selasa.

Hujan mennyuruhku cepat cepat bercerita hari hari ini. Meninggalkan jasad senja yang tak sempat kutemui karena tertuju monitor melulu.
Secangkir kopi semalam masih menguasai ruang gerak pikiran rinduku padamu. Lebih semangat jejaknya. :)

"aku ingin menikah". kata yang belakangan sering ku ucap, membuat diri tergelitik mungkin juga membuatmu tertawa. Tapi itu nyata.
Aku masih sama sayang, mengalirkan berliter liter doa yang mengalir tulus dalam langkah kita.

Penabung Rindu. :)

10 Maret 2011

10 maret

hai terkasih... Kita dalam perayaan lagi. Bersediakah kau ku undang menjadi Tuan Rumah?
Sederhana saja, sesederhana aku mebuatnya menjadi rumit. :)
Tunggu, aku sedang mengingat sejarahku dimasa kanak kanak.
Ya Tuhan, ternyata masa itu aku ingin segera dewasa, sambil menimang nimang boneka, dan mengiris rumput rumputan dan pura pura memberi makan, mengoyak ngoyak kertas diserupakan duit. ( Matakupun tak luput dari kaca kaca). Sebegitu besar keinginan cepat besar dikala itu. :)
Tiba disini, yang akan nanti menjadi sejarah, aku bersyukur karena cinta. Bersyukur karenamu.
Mencintai seporsi cinta untuk hari ini, tidak lebih bahkan kurang dalam satuan ukur, tetapi tetap ada mengalir selalu.
Kasih, aku sudah paham warna tubuhku, aku sudah paham merajut rasa yang aku punya karenamu.
Terimakasih telah memberi lebih dari apa yang aku mau, tanpa ku tahu, tanpa ku ragu.
Aku menyanyaimu. :D
 :)

04 Maret 2011

Menjelang Maret sampai di Maret

(Hitungan detik ke Maret).



Ini pertanda usiamu yang berputar.
Aku sengaja menyaksikan berputarnya waktu, karena aku, dan banyak perempuan lainnya, sering melebih lebihkan suasana yang serupa begini. :)

Aku yang kembali mengulang tahun tahun kita, dan aku kembali harus tak percaya bahwa aku belum bisa menjadi paket kado yang nyata untukmu tahun ini.
Berapa detik lagi kekasih? Berapa?

Sebenarnya aku hanya tak sabar untuk bersama, tak sabar merawat bumi kita, menanaminya, menjaganya seperti ibu. Dan kau, berdiri kokoh sebagai wujudnya. Bapak.


Lelahlahkah kau? Terbang dengan dua sisi sayap yang masih terpisah? Masih adakah lumut yang menempelimu, menjadikanmu hidupnya? Aku tak kuasa membersihkannya.
Yang kumampu, mendekatlah. Aku menghangatkanmu.

Aku sering memandang matamu dulu, dan yang kumau aku ingin terus melihatnya sambil menunggui tua bersama. Bersama menghabiskan angka.

Biarlah jam tidurku pendek malam ini, besok paling juga kukeluhkan padamu.

Yang kutahu, cintaku masih rakus, dan meluap luap. Itu saja.

Tak banyak lagi yang ingin ku ucap.
Panjang umur kekasih.
Mari beriringan kembali.
Membangun bumi kita.
Sampai lelahpun kau harus tetap bergairah bersamaku.

Kekasihmu dari kehidupan di kehidupanmu.