Pages

28 September 2011

Beginilah selasa.

Setibanya pada sekarang.
Pada segala yang kita jalani.
Ada senyum yang mekar yang selalu mengingat lalu.
Menyengat sampai kalbu.
Menyelami kubus kubus waktu yang bersiku siku,
bertahan, dan harus bertahan.
Kita luar biasa ternyata.

Percakapan yang selalu begitu begitu saja tapi hanya kita yang tahu itulah yang kita mau, yang kita rindu.
Menimbang pagi dengan berharap "Kesusahan sehari untuk sehari".

Aku selalu mencintai cara kita bertumbuh.

Walau untuk mengerti ini semua butuh lagi yang namanya masa.

Aku percaya kita punya masa depan sayang.

Itu saja.


(surat selasa yang semakin lama sering terabaikan)

:(


26 September 2011

matahari putih

Semesta kembali menunjukannya caranya mencintai di setiap pagi.
Semacam bulan buatan, pagi di waktu yang sudah tepat, muncullah matahari putih.
Tidak sering sering, mungkin agar ada yang rindu.
Tapi akan tiba tiba, seperti kotak kejutan, yang hari hari nya akan memberi cahaya yang kuat pada hati.
Setelah dengan segelas air putih, saya berharap bisa bertemu lagi dengan matahari putih yang semakin pelit menunjukkan diri.

25 September 2011

Mengasihi.

Begitu lah hukum yang kutahu, dari ajaranNya.
Dari caranya, dari segenap inginNya setelah 33 tahun memijak bumi ini.
Hanya mengasihi yang paling mudah, dan paling tak terbantahkan.
Kenapa masih banyak yang tidak terima.
Demi apa mengakarkan kepahitan.
Hingga harus memusnahkan!!
Kali ini saya marah.
Marah karena tidak mampu mengasihi.
Adakah warna harus panas membakar hingga pahitnya mengalahkan empedu.
Bagaimana caranya berjumpa denganNya jika hukum yang di percaya merelakan dirinya terpecah pecah, hingga melukai sesamanya.
Bagaimana dia bisa percaya??
Saya marah, seperti iblis menghampiri, berkata mengumpat dalam hati, bumi ini kotor adanya.

catatan.

Untuk sebuah tulisan akhir pekan, yang detik detiknya butuh pelukan.
Benarkah cinta begitu?
Simak saja. Cukup.
Aku mencintaimu dengan kepastian, dan ketidakpastian yang bumi tawarkan pada ku (kita).
Aku mencintaimu dengan rasa tawar, hambar yang sering kau tunjukkan padaku sekali (waktu).
Aku mencintai  rasa marahmu yang jadi pewarna menyolok dalam ruang ruang waktu kita. Dan ku tahu juga sebaliknya.
Aku mencintaimu tanpa hitungan, bahkan tak peduli seberapa sedikitnya waktu ini dalam hidup.
Yang pasti dalam mati yang lebih lama dari hidup pun. Cinta ini tetaplah hidup.
Tidak sedang mengumbar perasaan ini kepada mereka.
Aku hanya ingin menulismu ini.
Aku mencintaimu. Cukup.

24 September 2011

Daun

Tulisan ini, saya tulis sesaat ketika sedang belajar daun di sekolah.
 Rada maksa seh. :)

ini dia.



Daun.


Bercerita tentang sentuhan gaya gravitasi kah. Ketika dia terjatuh memeluk tanah?
Rasaku bukan.
Dia bosan berpura pura.
Dia bosan menjadi pembantu.

Semua tahu,dimana tumbuhan memasak!

Daun.

Mencoba bertahan, agar tetap memberi hidup pada akarnya.
Saling bertukar dan berbagi tugas.
Agar apapun itu, tubuhnya tetap bertahan.
Walau saat stomatanya sariawan sekalipun.
Dia lebih memilih bunuh diri, meminta dewa angin menghembusnya.
Bersatu dengan tanah menjadi tanah.


Daun.

Adalah berwarna merah untuk kesekian kalinya berkata iri.
Tidak sadar merahlah yang disuka, merah yang dicari.
beruntunglah merah melekat pada daun.


Daun.

22 September 2011

dering

Yang dalam.. ketika suaramu masih terdengar, dengan cuaca yang berbeda beda setiap musimnya.
dan bahkan musimnya berbeda beda di setiap detiknya.
Seutuh tawa pagi itu juga kadang kesal menghampiri teriknya waktu sepanjang yang mengikutinya dalam sehari.
Sebesar hangatnya suaramu yang paling ceria juga, dingin bergaung ketika seketika ada yang merobek robek suasana hatimu.
Aku tetap mencintaimu, dalam marah, riang, sedih, dan apalah itu yang kau punya.

Aku hanya tidak akan membiarkan diriku untuk bertanya kenapa.
Dan tidak membiarkannya untuk tidak memikirkanmu kasih.

:)


Peluk yang paling hangat sedunia.

Kekasihmu, di rumah.

(bumi kedua)


14 September 2011

ini tentang sahabat

Ini tentang sahabat. Dan kenangan bersamanya.
Entah kenapa. Mata masih berkaca kaca saja bila menggali waktu yang beruntung itu.
Sebiasanya jika marah pun ada. Aku sanggup memarahinya. Berkali kali mengatakan, jika kau ingin putus denganku syaratnya banyak.
Itu sebabnya kita akan tertawa hingga menangis sampai akhirnya kau katamu baiklah, tak jadilah putus ribet syaratnya.

Mungkin aku sedang cemburu dengan semua perjalananmu.
Tapi ternyata tidak.
Mungkin aku cemburu dengan teman barumu, iya.. Sedikit.


Aku kenakan kanakan bukan.
Mungkin cacatan ini sedikit senorok, seolah aku menyalahkannya.
]
Bukan.. Bukan itu maksudnya.

Aku hanya ingin membiasakan untuk bergantung lagi padanya.
Itu saja.

Sayap yang harus terpaksa patah.

05 September 2011

24

 Sedang membongkar bongkar tulisan dari tahun ketahun.
Lihat saya bertemu apa.
:)
Saya selalu ramah pada bulan ini.
Terlalu teduh, hingga selalu berusaha untuk mebanggakan diri.
Lihat.. lihat.. apa yang telah saya katakan pada bulan yang serupa di lini yang berbeda.
:) Tak melulu pertumbuhan.
iya kan...

 
 
selamat datang september. Dan selamat datang 23.
Heii.. saya akan berjumpa dengan angka yang baru di taun ini. harus meninggalkan si angka kembar 22 untuk sehari sebelumnya. Akan mencoba memaknainya kembali, dan lagi lagi saya tidak akan menamainya resolusi. Ah itu hanya kata kata yang makna telah tersedot oleh hari hari bagiku.
22 lewat begitu saja. saya semakin membaik. Semakin baru.. mmmMM.. “baru” dalam artian, saya tidak asing lagi dengan diri sendiri.
Lagi dengan sengaja saya membuka cacatan yang sama setahun yang lalu. Saya terlalu hebat disana. Mengenali makna maaf yang sesungguhnya. Bahkan saya kaget sendiri dengan catatan itu.

:), :(,
oleh Ernisa Purba pada 03 September 2009 jam 15:27
Sedang mengalami berbagai rasa.
Sedang merasakan sebuah rasa yang tak terdefenisikan.
:)

Mungkin aku layak bahagia, atau barang tentu kecewa dan bersedih.
Ini seperti mimpi yang paling luar biasa yang pernah kurasakan.
Sangat teramat jujur .
Sebelumnya berusaha untuk jujur, kepada batin diri.
Tak pernah ku tolak air mata ini kapanpun dia ingin mengalir.
Termasuk tawa saat aku tertawa lepas.

Barangkali ini adalah pelajaran keduaku, setelah kuputuskan berlibur berwaktu-waktu lamanya. :)
Aku akan mendapat banyak arti sepertinya.
Termasuk angka kembar yang menjadi pertanda diriku sesaat lagi. :) (22)
Menjadi angka kembar yang antik dengan lekukan indah yang penuh makna.
Teringat cerita dengan sayap ” Ingin mewarnai, tidak diwarnai.” ahk….

Sangat hebat kawan… :)

Barangkali ini maaf yang sesungguhnya, dimana aku tak perlu melupakannya, yang membuatku kecewa.
Barangkali ini ketulusan yang sesungguhnya kala aku tak perlu bergumul untuk memaafkannya (lagi)
akh, kadang-kadang sangat damai seperti saat ini.
Terimakasih untuk semua
yang telah ada dan yang pernah ada
Ter-untukmu juga, aku MEMAAFKANMU

hahahaha.. saya benar benar ngak bisa berkata apa apa lagi. Apa yang saya butuhkan saat ini adalah jawababan dari permintaan dulu dulu.
baiklah. sekarang hanya bisa bilang. Selamat datang september. selamat datang 23. saya menyebutmu 2 + 3= 5, 5 adalaha tanggal dan angka yang baik. :)
trimakasih alam semesta….
selamat ulang tahun Ernisa…. be shine…. :)


Nah 23 juga telah berlalu, apa yang harus di garis bawahi di sini.
.

Akan saya sebut mimpi. :) 
dan kembali meraihnya.
 
Selamat ulang tahun Ernisa .. :))
Ini sudah 24
 
:) 

03 September 2011

percakapan dengan september.

Hai september.

Apa kabar musimmu tahun ini.
Kita bertemu kembali.
Akan selalu berbeda bukan?
Dengan jawaban harapan, dan cara mempertahankannya.
Dengan segala keinginan dan menjaganya.

Sementara, hanya itu yang saya tahu.
Berterimakasih, tanpa peduli bagaimana memelihara, dan menjaganya, kendati kenyataan tidak terlalu begitu.
Tanpa sadar mungkin saya melewati batas, tanpa sadar saya mungkin telah ria.
Lupa atas segala galanya yang adalah keajaiban awalnya.


Entah sampai kapan menyalahkan diri.


Yang kumau, ijinkan september memberi harapan, kemudian wujud untuk saya tidak lupa dengan segala yang saya minta.
menjaganya, memeliharanya, dan bertahan.



... menyanyanginya.

(dari poros yang hampir terlepas dari gravitasinya.)

01 September 2011

Untuk Yang Pertama

 Yaaa... Tadi siang masih sempat menulis nulis di sini.
Kemudian sore ini saya kembali. Dengan mengharap rumah ini baik baik saja.
Bila awal bulan seperti ini, kecepatan dari kerajinan saya menulis itu meningkat 0,009 % angka yang cukup fantastis, bagi saya yang sangat malas jika koneksinya menggunakan paket modem.

Aih... Kalau begini tampilannya, berasa nulis dimana gitu.
Lebih sederhana dan mewah rasanya.
Oke, tulisan ini khusus untuk blogspot yang sudah menemani perjalan ini selama bermaya.

nggak.. ini nggak berlebihan kok.

Tengkiw blogspot. :))

Perbedaan.

Jika laut adalah agamaku.
Kenapa wajahmu bertekuk.
Aku sudah terbiasa sendiri menjadi beda.
Mungkin di bebadakan.
Lalu, kadang aku tidak terlalu kokoh pada pilihan.
Angin menggoda berkali kali, dan lagi lagi, aku belajar untuk berpindah agama.

Ternyata, aku hanya mengagumi angin saja, bagaimanapun itu, sirip ikan terlalu tidak mungkin berubah sayap.
Menangis tidak ada yang tahu di laut, air disana sama keruhnya dengan airmata ini. Siapa yang paham aku bersedih.

Mengeliling luasanya semesta laut yang kupunya, yang kadang surut yang kadang pasang.
Memang benar bagi ikan, surga cukup tak ada lagi daratan dan langit di udara.


Daratan membuatku untuk mengenal pilihan, sama halnya dengan udara.
Mengenal banyak itu membuat banyak pilihan.
Terkadang bisa di pilih dan tekadang hanya minpi dan tertinggal mimpi..

Ah, ternyata aku tidak perlu sayap, ternyata aku tak perlu kaki.
Aku tetap mencintai diriku seadanya.
Seberadanya,

Terimakasih (T).