Aku merindukan teduhnya punggungmu.
Mengingat, setiap kau berjalan tak pernah menoleh ke belakang.
Aku. Dulu selalu berlindung dibalik punggung itu. Kokoh.
Tapi tunggu, aku yakin kamu pasti tidak mengetahuinya.
Lama dalam parjalanan itu kau pun jauh.
Terlihat punggungmu semakin teduh.
Samar samar ada sayap tumbuh di sana.
Aku, diam tanpa gerak, tersenyum, menikmati punggung itu.
Lalu, ntah bagaimana bisa, aku tak bisa berlari mengejarmu, jauh.
Aku tak lagi melihat punggungmu.
Aku tak berani untuk percaya.
Bagaimana bisa kataku berulang ulang.
Aku harus pulang.
Memutar kembali perjalananku, berharap bisa lupa punggungmu.
Aku menutup mata tak kuasa menahan rindu.
Sekali lagi aku tak berani percaya.
Kamu. Hilang. Jejak pun hilang.
Saat mataku ku buka pelan pelan.
Mengumpulkan nafas yang kupunya.
Memastikan sekaranglah aku pulang.
Aku terkejut.
Mendapati dirimu.
Tuhan, bagaimana bisa dia ada disini.
Sebutku dalam hati.
Kamu, hangat datang merangkulku.
Aku tahu ini bukan mimpi.
Pertama, aku tahu aku takut.
aku ragu dengan ini.
Tapi benar, ini kamu. Lelaki yang dulu pernah merangkulku, kemudian meninggalkan punggungnya untukku.
Lelaki bersayap indah, gagah, dan penuh semangat.
Aku atau kamu yang tertinggal dimana, sehingga waktu bisa seirama untuk kita.
Aku masih mengagumimu.
Dalam sekali kehidupan, kita punya cerita begini.
kelak, aku tidak takut jika kehidupan berikutnya juga begini.
Terimakasih menungguku mendahuluimu, karena ku tahu, kau tak akan mau kembali melihat kebelakang.
27 Januari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar