Awan sedang berada sejengal di atas kepala ku. Kelabu warnanya. Awan tersebut seperti berteman dengan angin. Menguasai semesta ribuan hasta di atas kepala. Menambah suasananya jadi shadu.
Awan sepertinya tidak berarak di atas kepala ku yang serasa berjarak sejengkal itu. Berputar putar ia, gelisah seolah ingin memberi tanda. Aku mendadak sedih. Aku tahu ini isyarat.
Sekali lagi aku berusaha menerima apapun itu. Seandainya aku tahu apa itu, bukanlah firasat namanya.
Lagi awan memberi tanda. Lagi aku diberi hadiah, yang pelahan menjatuhiku serupa air mata.
Lagi, aku menangis. Bersama jatuhnya hujan dari langit.
Terimakasih hujan karena sudah mengawali sedih ini.
14 Mei 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar