Seberapa banyak kita berkisah padanya.
Seberapa banyak dia menyaksikan, betapa kamu cukup gigih untuk bisa memberi yang paling hebat untukku di hadapnya.
Hanya kompor lusuh, bersumbu 12 dan sudah sering mogok akibat sumbunya sudah lenyap.
Bagaimana kompor, bisa membuatku hampir menangis.
Dia seperti berteriak padaku,
“hei, lelakimu baik sekali.. Seharusnya kau tidak boleh mengijinkannya di dekatmu saat di sini”.
Iya aku tahu, sehari hari dia lelakiku tidak kubiarkan sedikit tenang.
Aku selalu ingin di temani apalagi saat memasak.
Entah, beruntung macam apa ini.
Dia selalu bersedia.
Kemarin, kompor 12 sumbu ini, sedang baik, tidak seperti hari sebelumnya. Makanan andalan kami berhasil.
Tidak gosong, dan isinya tidak menghilang.
:)
Entahlah. kompor menjadi salah satu komunikasi searah bahkan tidak dalam kisah ini.
Tadi siang, aku berjanji membuatkanmu cerita pendek.
Tapi aku urung niat itu, aku lebih memilih menulisimu lagi.
Apalagi akan memberi judul yang sama dengan catatan ini.
:)
Aku lupa idenya sayang. Karena kopi buatanmu terlalu membutakan.
:)
Ini saja. Seadanya.
Yang memikirkanmu, detik demi detik.
Seberapa banyak dia menyaksikan, betapa kamu cukup gigih untuk bisa memberi yang paling hebat untukku di hadapnya.
Hanya kompor lusuh, bersumbu 12 dan sudah sering mogok akibat sumbunya sudah lenyap.
Bagaimana kompor, bisa membuatku hampir menangis.
Dia seperti berteriak padaku,
“hei, lelakimu baik sekali.. Seharusnya kau tidak boleh mengijinkannya di dekatmu saat di sini”.
Iya aku tahu, sehari hari dia lelakiku tidak kubiarkan sedikit tenang.
Aku selalu ingin di temani apalagi saat memasak.
Entah, beruntung macam apa ini.
Dia selalu bersedia.
Kemarin, kompor 12 sumbu ini, sedang baik, tidak seperti hari sebelumnya. Makanan andalan kami berhasil.
Tidak gosong, dan isinya tidak menghilang.
:)
Entahlah. kompor menjadi salah satu komunikasi searah bahkan tidak dalam kisah ini.
Tadi siang, aku berjanji membuatkanmu cerita pendek.
Tapi aku urung niat itu, aku lebih memilih menulisimu lagi.
Apalagi akan memberi judul yang sama dengan catatan ini.
:)
Aku lupa idenya sayang. Karena kopi buatanmu terlalu membutakan.
:)
Ini saja. Seadanya.
Yang memikirkanmu, detik demi detik.
0 comments:
Posting Komentar