Setidaknya pikiran ini sedang menggiring opini yang akan membawa kepada perubahan yang lambat yang disebabkan oleh banyaknya tekanan yang menekan. Padahal sudah ketentuannya semakin besar tekanan maka maka semakin besar pula gaya atau reaksi yang ditimbulkan. Seharusnya.
07 September 2018
29 Mei 2018
dear Lili Sumanti.
Happy vesak day bee…
You always be a part of me. Tanpa mauku, maupun mauku.
Bagaimana cuaca surga hari ini bee?
Sesungguhnya dalam gumamku, doaku dan kata kataku sering
sekali lirih aku bercerita kepadamu. Tentang Indonesia, tentang angkasa, dan
tentang cintaku.
Kadang aku marah marah gak jelas karena aku gak dapat jawab
darimu, yang biasanya melebihi kecepatan cahaya kalau kita berpendapan dan
berbeda.
Aku meriduimu, sampai dibatas keiklasanku menjadi tidak
iklas atas kepergianmu.
Facebook pun menjadi koma, karena wajahmu hanya sedikit lagi
yang tersisa, entah kenapa aku mengijinkanmu menggunakan jilbabmu ketika kita
sedang belajar agama budha dengan semangatnya. Sehingga Kau memutuskan untuk
tidak mau di poto. Dan akhirnya begini, kaupun hampir hilang dari sejarahku…
Ah.. sebenarnya itu tidak mungkin bee..
Kaupun tau itu…
Pada masa sekarang ini, Indonesia lagi krisis Identitas bee,
sama kayak dulu, agama menjadi bahan bakar yang paling ampuh mengguncang Negara
ini. Aku berharap kau tak usah bertemu Nurdin M Top karena aku yakin kalian
beda arah. Mengingat dulu kita sering
membicarakan dia karena menyandang gelar “teroris” dan penasaran visi misinya dalam hidup apa.
Sekarang aku seperti kehilanga otak kiriku seutuhnya. Baca
tulis menjadi rancu mendekati diseleksia.
Menerima seutuhnya apa hati mau, tanpa sesungguhnya perlu
pertimbangan dari pikiran yang harus berimbang. Agar pantas suatu rasa berada
ditempat yang tepat.
Dan yang paling baru,
iqbal koboy junior akan memerankan minke dalam Bumi manusia bee.. munurut
bagaimana? Aku tau kau pasti suka, karena dia brondong.
Ah…. Kau harusnya ada menjadi lawanku untuk hal hal ini. Mendebatnya,
membebatnya. Lalu kita akan ribut, lalu diam, dan tertawa terbahak bahak.
Aku tetap akan menunggu balasmu bee… Tuhan memelihara jiwa
kita bee, aku yakin itu.
dalam marahku dan harapanku saat saat hari terakhirmu. yang belum kita tuntaskan dalam diammu.
J
03 Mei 2018
#cinta Bagian 1
Dari awal2 tahun terakhir ini saya cukup sering dan senang
kembali mendengar lagu indi.
Dulunya 2008 an, seorang sahabat mengenalkan saya endah n
reza. Dan kemudian bermunculanlah band2 indi yang semakin hari makin teruji
kwalitasnya. Walaupu jauh sebelum itu semua pasti sudah tau mocca yang juga
konon mewakili kariernya indi.
Sampai menjadi debu. Menjadi mascot lagu favorite saya juga
tahun ini. Dengar lagu ini kali pertama air mata saya gak tertolong tumpahnya,
waktu itu masih sendiri dengarinnya. Yang terbayang tentu kisah asmara saya
dengan pak suami, kemudian merambah ke kisah kakek saya. Ntah lah, lagu ini
lebih tepatnya mengenang kisah2 yang mengharu biru, yg mungkin hampir
terabaikan tapi sebenarnya bertumbuh menjadi saya dan mungkin kegenerasi saya
berikutnya.
Beri Purba. Nama Ompung saya dari bapak.
Sahat Simanullang. Nama ompung saya dari mamak.
Mereka berdua adalah suami suami luar biasa, yang mewariskan
cinta kasih dan jiwa yang penuh cinta dalam darah ini.
Nama mereka jelas dan padat.
Artinya juga juga jelas gampang.
Mngkin itu sebabnya nama saya hanya 1 suku kata tidak ada
embel2 dari Ernisa, yang buat Ompung Beri. Yang sampai akhir hayat beliau, saya
tidak mampu mengorek apa itu arti nama saya. Mungkin nama mantannya, atau
mungkin nama yang sudah harus saya terima melalui beliau. Karena pada umumnya dalam keluarga batak,
cucu pertama dari anak laki laki diberi nama oleh ompungnya.
Sepanjang hidup beliau, dikenal sebagai pendidik yang baik
pada zamannya. Jarang mukul, padahal zaman itu sepatu adalah halal sebagai alat
bantu guru untuk menyadarkan anak anak tentang sadarnya pendidikan. Suka naik
sepeda dan membaca buku, beliau tidak suka berladang. Dulu baik guru ataupun
mantri banyak ke sawah atau ladang karena gaji tidaklah cukup sebenarnya.
Mungkin saya sudah
banyak lupa. Tapi yang pasti saya ingat saya suka kalau dulu beliau
bawakan saya roti kelapa dihari jumat, dan sambil menanyakan sekolah saya
bagaimana.
Kemudian beliau pensiun, lalu struk ringan dan kemudian
dimensia.
Saya merasa beliau benar2 sakit dulu, itulah yang saya
sesalkan, seandainya saya lebih memahami dimensia itu sperti apa, akan tetap
saya mengulang ulang kisah yang apa dan mana yang beliau ingat tentang saya.
Demensia itu membuatnya tidak mengenal cucu2nya kecuali nama
saya karena nama saya menjadi nama panggilannya.. Masih syukur semua anaknya
beliau ingat. Setiap natal setelah dimensianya menjadi hari hari yang berat
baginya. Rumahnya riuh oleh anak anak, selalu lupa sudah makan, selalu lupa,
dalam hitungan menit dengan siapa dia berbica.
Hanya ompung borulah tempatnya paling nyaman, walau sering
diomelin. Bagian ini juga saya tidak bisa lupa.
Setiap bapak datang bawa mobil, walaupun sebenarnya bapak
selalu pulang kesana setiap hari, ompung akan nanya terus tentang mobil itu,
“mobilmu do on?” (“ini mobilmu?” ) beliau kan sangat bangga kepada anaknya itu
karena sudah punya mobil dan tiap hari begitulah pertanyaannya. Dan satu yang
paling sangat membuat saya kagum. Bapak tidak akan bosan bilang. “ ido among,
betapa mardalani tupasar” (iya pak, ayok Jalan2 kepasar). Dan akan selalu
ditolak sama ompung, hanya berpesan membawa roti kelapa. (oh my god my tears
come down again.
Saya terlalu lama sadarnya bahwa kisah2 inilah jd pupuk
dihidup saya.
Sekali waktu, mungkin saya SMA atau SMP, badan saya sudah bongsor tentunya, beliau
bertanya saya siapa, lalu saya jawablah bahwa saya adalah cucunya yang cantik
Ernisa Purba. Dengan semangatnya beliau bertanya tentang perkalian ke saya. Oh,
masih gampanglah saya jawab. Tentu saya jawab dengan hati penuh suka cita, lalu
kemudian beliau menanyakan Ibukota Kalimantan Selatan, kemudian hening,
kemudian kepala saya ditokok pakai kayu bakar dengan berkata itu saja tidak
tahu. “huaaaw.. saya nangis sejadi jadinya, sudah malu saya kena pukul, , iya
seh saya memang gak suka menghapal, kalau di sekolah masih adalah 3 atau 4
teman yang tidak tahu 27 propinsi dan ibu kotanya. Tak malulah jika ada teman
dihukum, tapi ini, didepan para pariban, saya di tokok pakai kayu bakar,
runtuhlah pertahan ini.
Besoknya, ditempat yang sama dengan suasa yang sama, dengan
pariban dan keponakan yang lengkap semuanya, beliau bertanya lagi saya siapa.
Dengan tidak mau mengulang kisah yang serupa, tentu saya saya sudah menyiapkan
jawabanya yang tepat. Jangan kalian harap saya menghapal ibukota propinsi
Indonesia. Ketika nama saya ditanya siapa dengan sopan dan manisnya saya jawab.
“parumaen muna do au amang?” ( menantu amangnya saya. Kemudian hening,kemudian
semuanya ketawa terbahak bahak.
Beliau hanya Tanya, “nga mangan hamu? “ (udah makan kalian)
Salah satu kisah yang lagi2 tidak bisa saya lupakan.
Ompung berpulang setelah puluhan tahun dimensia dengan tutup
usia 70 tahun. Saya sudah kuliah, saya sudah paham kehilangan. Tapi saya belum
paham cintanya yang sudah merambat didarah ini.
Beri Purba, Ganteng seperti bule, Lucu dan penyanyang istri.
How I miss you Ompung. Sinarmu tak akan pudar dijalanku.
Sahat Simanullang.
Saya mencintai kedua Ompung doli saya ini dengan rasa yang
sama, tapi cara yang berbeda.
Beliau ini lebih dari sahabat saya. Yang paling tau maunya
saya. Yang paling sayang kepada saya. Bahkan tante tante saya sering bilang
cemburu karena saya cucu yang paling dekat dengan beliau. Kisah dengan beliau
tak sangguplah saya tulis. Karena terlalu banyak dan padat.
Tapi paling tidak saya akan bagi sedikit saja. Pulang ke
“Jambatan” sebutan untuk rumah beliau, adalah hari hari yang menyenangkan. Uang
jajan selalu ada, bermain tak ada batasnya, bertanya selalu ada jawaban bukan
bentakan. Hehe (kadang dulu mamak sering pusing sama pertanyaan saya sampai
berujung ke marah2, “sude do disukkuni ho” semuanya kau tanyain. ).
Sesungguhnya beliau bukan orang yang sehat, secara fisik sudah terlihat beliau itu
sakit. Tapi tak pernah merasa sakit, asma yang diderita sudah seumur dengan
saya, jadi tanpa sadar saya sudah terbiasa dengan beliau yang tersengal sengal.
Ditambah beliau yang tidak pernah nngeluh. Setiap hari saya mengerjakan PR disana. Kalaulah
payah, dan seringnya malas sih. Saya akan suruh beliau tanda tangan buku PR saya
yang kosong, karena begitu sayangnnya beliau akan menandatanganinya. Sekali
waktu, guru saya marah nanya ompung saya ada berapa, kenap tanda tangan beda2.
Sayapun nangis2 marah2 kebeliau, mengapa tanda tangannya beda2. Hahaha.
SMA saya udah merantau, beliau sudah duda kala ini, kala
dimana orang2 memprediksi harusnya beliau yang berpulang duluan dari ompung
boru saya. Tapi begitulah hidup. Cinta menguatkan segalanya. Setiap saya pulang
pasti dimasakin yang enak enak, minimal naik becak berdua makan bakmi.
Bahkan sampai saya kuliah, beliau mengantarkan saya.
Dan masih banyak lagi yang gak bisa saya tulis karena
terlalu sakit untuk saya rindu sendiri.
Sahat Simanulang. Tutup usia 72 tahun. Penyayang dan panjang
sabar. Suka masak. Hobby bengkel. Masakanya paling enak sedunia.
Darah ini adalah dia yang mejarut cinta yang tidak akan
putus talinya.
14 april 2018.
, 9:08:40 PM
30 Januari 2018
kantong kantong Rindu
Sebenarnya aku cukup jarang merindui masa masa kuliah, entah
karena berat, atau lekat .
sampai sampai hari ini aku harus pulang untuk mengenangnya.
Aku sangat bersyukur dengan 5 tahun berakhirku disana, sangat
sangat bersyukur. kampus. Udara, cuaca, makanan, dan yang pasti SAHABAT. Iya. Karena
aku punya banyak. Semuanya punya tempat istimewa di hati.
Malam ini, pas melihat poto poto ku di kosan lama apalagi bareng
titin si ratu galau se abad, karena hobbynya yang selalu curhat, ditambah lagi
si loli risna yang kala itu wanita tercantik sepulau komodo yang kerjanya main
ke kosan kalau bosan dirumahnya yang nyaman.Dan bang tomi yumi yang mewarnai persahabat LDR kami.
Lalu kewarga dela kontet ( sebutan untuk anak anak kosan
yang baik bersahaja lagi penolong dan sangat rajin beribadah, serta sangat sangat menyayangiku) mereka lagi, yang tiada hari tanpa mengingatkanku untuk saat
teduh ( ini serius) karena bagiku bangun pagi adalah musuh,yang membawaku
memilih semua kredit mata kuliahku diatasa jam 9 ( boleh ditiru boleh tidak) . Yang
selalu rajin membersihkan kamar kosan aku, mengambil baju serta melipat dengan
rapi. Aaah… kangen kalian, Ricca, Noven, Eka… kalian paham sekali kakak kalian
yang aneh ini, dimana lebih memilih buku didalam lemari ketimbang baju baju. Rahma
dewi juga sauadara yang juga sangat lucu.
Lagi abang abang warnet tempat aku bermain sambil part time
sebagai mahasiswa agak tua yang lagi nyusun nyusun baju agar cepat pulang. Abang abang yang diwarnet tercatat sebagai
anak MIPA juga yang mentok skripsi sama dosen dosen kesayangan. Yang jika punya
rejeki dari game online akan beli kue ulang tahun dan potong kue, dan yang
ulang tahun itu melulu aku, bahkan pernah hampir sebulan aku berulang tahun,
karena rejekinya datang tiap hari.
Dan kakak kesayangan aku Ningsih and geng, yang mengajari
aku dunia gak hanya saja pelangi. Tapi ada warna neon yang ngejreng. Karena kalian,
sebagian teman2 aku di kampus akhirnya memilih untuk tidak dekat lagi entahlah, kalian terlalu
luar biasa. Mengingat kosan pernah
digrebek polisi, razia orang cantik. Haha, dan si lilies yang pernah ngigau
lihat pocong pake helm, satu lagi waktu kita pura pura kesurupan karena lagi
ngatain bapak kosan tiba2 beliau datang dan terciduk. Hahahaha oh my God. Solusinya
emang jitu, sampai2 sibapak doain dan kita bisa tegar gak ketawa sampai beliau
pergi. Kalian adalah guru2 besar aku kak. Kangen belum bisa berbagi ke kakak,
baik waktu dan kebaikan2 kalian.
Bagaimana caraku menuturkan semua ini agar tidak telupa???
:’(
Langganan:
Postingan (Atom)