Akhirnya Aeki menggenapi usianya yang sudah setahun. Betapa tersedotnya semua waktuku untuk ini.
Mimpiku tenggelam sudah bersamanya.
Siapa yang mengira kalau hidupku setengahnya adalah penuh dengan aeki, dan yang mengenapi.
20 November 2013
akhirnya.
Aku bahkan lupa, bahwa aku perlu menulisi sedikit disini.
Sejejak.
Bahwa, tahun tahun ini terlalu banyak kejutan kejutan, yang sampai membuatku harus lupa pada keyakinan yang mengantarku pada mimpi yang berwujud.
Lepas dari itu.
Saat ini juga aku berusaha, membuang rasa sedihku, rasa kesalku, bahkan rasa tak percayaku, bahwa Tuhan juga perlu berkisah lain buat Lili Sumanti, Teman sayap kakiku.
Sementara kami sudah berubah, setelah aku mendapat kabari dari keluarganya, aku tidak sering lagi menanyainya. Dia berubah, dan aku juga. tapi rasa"hilang" itu menambah perihnya daftar luka yang sengaja dibuatnya untukku, bagian ini bukan berarti aku tidak mengiklhaskannya. Bukan.
Hanya saja. Dia turut merayakan satu moment di September, yang harusnya bahagiaku, tapi perayaan duka yang juga turut kutambah kelak. Dalam septemberku.
Aku akan menikah dalam waktu dekat. Jantungku sesak. Menggingat banyak cerita dengannya. Tentang Pohon, atau apa saja yang akan di perbuat menjelang hari itu.
Itupun bahkan tidak ada lagi.
Aku tak pernah membayangkan, kisah kisah serupa drama ini akan menghampiri hidupku.
Aku, bahkan tidak pernah membaca buku lagi setelah kepergiannya.
Lalu, aku memaksa tahun ini segera berakhir, meninggalkannya, tanpa rasa bosan yang bertubi tubi, rasa sakit yang menggerogoti.
Jangan sampai aku lupa bersyukur, bahwa tuhan juga menitip Ci Hui padaku, sebagai sahabat juga pacar kedua.
Dan juga adik adikku yang tersayang, selalu menjadi ada, untuk mendengar ceritaku tentangLili.
terakhir, aku tidak mau berhenti menulis, bahkan membaca, biarlah, persahabatan ini, mewarisinya sampai aku juga menujumu.
Sejejak.
Bahwa, tahun tahun ini terlalu banyak kejutan kejutan, yang sampai membuatku harus lupa pada keyakinan yang mengantarku pada mimpi yang berwujud.
Lepas dari itu.
Saat ini juga aku berusaha, membuang rasa sedihku, rasa kesalku, bahkan rasa tak percayaku, bahwa Tuhan juga perlu berkisah lain buat Lili Sumanti, Teman sayap kakiku.
Sementara kami sudah berubah, setelah aku mendapat kabari dari keluarganya, aku tidak sering lagi menanyainya. Dia berubah, dan aku juga. tapi rasa"hilang" itu menambah perihnya daftar luka yang sengaja dibuatnya untukku, bagian ini bukan berarti aku tidak mengiklhaskannya. Bukan.
Hanya saja. Dia turut merayakan satu moment di September, yang harusnya bahagiaku, tapi perayaan duka yang juga turut kutambah kelak. Dalam septemberku.
Aku akan menikah dalam waktu dekat. Jantungku sesak. Menggingat banyak cerita dengannya. Tentang Pohon, atau apa saja yang akan di perbuat menjelang hari itu.
Itupun bahkan tidak ada lagi.
Aku tak pernah membayangkan, kisah kisah serupa drama ini akan menghampiri hidupku.
Aku, bahkan tidak pernah membaca buku lagi setelah kepergiannya.
Lalu, aku memaksa tahun ini segera berakhir, meninggalkannya, tanpa rasa bosan yang bertubi tubi, rasa sakit yang menggerogoti.
Jangan sampai aku lupa bersyukur, bahwa tuhan juga menitip Ci Hui padaku, sebagai sahabat juga pacar kedua.
Dan juga adik adikku yang tersayang, selalu menjadi ada, untuk mendengar ceritaku tentangLili.
terakhir, aku tidak mau berhenti menulis, bahkan membaca, biarlah, persahabatan ini, mewarisinya sampai aku juga menujumu.
Langganan:
Postingan (Atom)